Maria Goreti
adalah seorang wanita Dayak Katolik
Indonesia sejati. Kalimat ini
mungkin sangat
abstrak. Tetapi ini adalah gambaran yang tepat untuk sosok
seorang senator asal Kalimantan Barat ini. Ke-WANITA-an, ke-DAYAK-an,
ke-KATOLIK-an, dan ke-INDONESIA-annya berpadu sama kuatnya menampilkan suatu
karakter yang khas. Karakter yang dibentuk dari nilai-nilai luhur dari
komunitas asalnya --wanita, Dayak, Katolik, dan Indonesia. Nilai-nilai tersebut
begitu hidup dalam dirinya, bergeliat terus dan menggerakkannya melampaui
batas-batas biasa. Dan hanya seorang pejuang tangguh yang mampu mengemban
amanat perjuangan dari nilai-nilai luhur komunitasnya itu. Seorang yang tidak
hanya kuat menghadapi tantangan, tetapi juga memiliki kecerdasan dan kearifan
untuk dapat melewati rintangan-rintangan yang tak mudah. Selama dua periode
menjadi senator di Senayan, Maria Goreti telah menunjukkan kualifikasinya.
Wanita ini
sangat sederhana. Sederhana adalah kata yang abstrak. Tetapi mereka yang pernah
bertemu dengan sosok Maria Goreti, meski hanya sepintas saja, kata itu akan
menjadi nyata. Sederhana menjadi kata yang hidup, dinamis, dan tidak abstrak
lagi. Sederhana mengejawantah dalam gaya hidup, cara berelasi, cara berpikir, cara
berjuang seorang Maria Goreti. Ia berhubungan dengan siapa saja tanpa memandang
status sosial. Ya karena sederhana saja alasannya, bahwa semua manusia sama di
hadapan Tuhan. Juga, semua warga negara sama kedudukannya di hadapan hukum. Hal
itulah yang membuatnya dapat menjalin relasi lintas kelas sosial, lintas
kultural, lintas agama, dan lintas kelompok politik.
Cara berpikir
yang sederhana dalam berpolitik membuatnya menghindari intrik-intrik yang rumit
dalam kiprahnya mengemban amanat rakyat. Sebagai seorang senator, ia hanya akan
memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan kekuasaan dan partai
politik manapun. Komitmen politiknya hanya dia dengan rakyat, tidak ada
komitmen dengan partai atau kepentingan lain. Hal ini membuatnya bebas
menentukan pilihan dan sikap dalam tugas-tugas konstitusionalnya.
Kesederhanaan
Maria Goreti adalah kekayaan yang tak banyak dimiliki orang. Kesederhanaan yang
muncul bukan dari keterpaksaan, tetapi dari keaslian pribadi. Lahir dari
penghayatan hidup akan nilai-nilai yang dianut. Kesederhanaan adalah pilihannya.
Kesederhanaan ini pulalah yang memperkaya dukungan kepadanya. Pada periode
kedua ia mendapatkan suara terbanyak (157.195 suara).
Sebagai
seorang senator yang mendapat dukungan terbanyak dari daerah pemilihannya,
Maria Goreti dapat saja memilih untuk hidup mewah. Besarnya perolehan suara
adalah gambaran real dukungan rakyat. Dukungan rakyat adalah gambaran real
besarnya pengaruh. Dan, besarnya pengaruh menjadi daya jual yang bernilai
tinggi dalam politik transaksional. Transaksi-transaksi politik dapat ia
mainkan untuk menumpuk keuntungan materi. Ia dapat menembus lingkup pergaulan
papan atas manapun dalam kapasitasnya sebagai seorang yang mempunyai pengaruh
politik. Kaum selebriti, politisi, birokrat,
maupun pengusaha bukan lagi
komunitas-komunitas yang sulit untuk dimasukinya dan mengambil keuntungan dari
mereka. Tetapi, Maria Goreti lebih mengutamakan bergaul dan bergumul dengan
komunitas-komunitas marginal. Komunitas-komunitas kecil yang dalam pandangan
orang kebanyakan tak mempunyai kekuatan. Mereka yang tak mempunyai
saluran-saluran untuk mengadukan nasib pada para pembuat kebijakan. Masyarakat
Dayak yang terbelakang. Masyarakat yang berjuang untuk mempertahankan
eksistensi di tanah moyangnya sendiri. Masyarakat yang miskin di negerinya yang
kaya akan sumberdaya alam itu. Masyarakat yang terisolir dalam ketertinggalan
di pedalaman Kalimantan. Mereka adalah jiwa-jiwa yang menyala dalam diri Maria
Goreti. Dan, Maria Goreti merepresentasikan mereka dalam gaya hidup dan
perjuangan politiknya.
Tak mudah
memang bagi seorang wanita muda untuk dapat melakukan penetrasi langsung pada
basis massa pemilih tanpa kendaraan politik. Kendaraan politik bisa berupa
partai politik, politik dinasti, atau kekuatan finansial. Atau mungkin bisa
karena popularitas ketokohannya dibangun dari luar panggung politik. Maria
Goreti mengawali karir politiknya bukan dari itu semua. Kesadarannya berpolitik
telah diasahnya sejak di bangku kuliah. Ia terlibat diberbagai organisasi
kemahasiswaan. Dia benar-benar berangkat dari bawah. Berangkat dari
keprihatinannya terhadap kondisi sosial dan ekonomi komunitas dari tempatnya
berasal. Selepas menyelesaikan kuliahnya pada jenjang S2 di UGM, ia kembali ke
komunitasnya. Ia menulis esai pada media-media cetak. Ia menyampaikan ide-ide
pencerahan melalui stasiun radio di kampung. Ia mengajar di sekolah. Ia bergerak
dan bergerak terus mulai dari bawah, melebar, dan memuncak. Ia telah
membuktikan bahwa keberpihakan pada nasib rakyat akan mendatangkan kepercayaan
yang besar dari mereka. Dan, kesetiaan menjalankan anamat mereka akan
mendatangkan kepercayaan yang lebih besar lagi.
Sebagai
seorang wanita, Maria Goreti seolah menjadi antitesis dari kultur sosial-politik
saat ini yang cenderung eksploratif dan eksploitatif terhadap keindahan fisik wanita
secara berlebihan sebagai komoditas politik. Kecantikan akan mendatangkan
popularitas, dan popularitas akan berpengaruh besar pada elektabilitas. Tak
heran jika para artis menjadi kejaran partai-partai politik untuk mendulang
dukungan. Tetapi tidak halnya dengan Maria Goreti. Kecantikan bukan ditentukan dari hal-hal yang
membungkus. Gemerlap perhiasan, pakaian, kemolekan tubuh, dan wajah yang
bertabur kosmetik. Kecantikan seorang wanita lahir dari jiwa yang suci,
memancarkan kesejukan dan kenyamanan bagi siapapun yang dijumpainya. Seorang
ibu tempat mengadu. Seorang ibu yang membesarkan semangat. Seorang ibu yang
menginspirasi dan menggerakkan ke arah perbaikan mutu hidup. Seorang ibu yang
tegar, sabar, dan bijaksana. Itulah hakikat seorang wanita. Dan, kualitas
seorang wanita bukan pada yang membungkusnya, tetapi pada jiwa yang memancarkan
pesona. Pesona yang mendamaikan, menguatkan, melindungi, dan memperjuangkan
dengan cinta. Dan, Maria Goreti telah menjadi ibu yang baik bagi
komunitas-komunitas konstituennya.
Lahir sebagai
seorang wanita dari suku Dayak, Maria Goreti mempunyai perhatian yang sangat
besar terhadap perjuangan kaumnya. Lulusan magister sosiologi UGM ini selalu
mempromosikan pentingnya pendidikan bagi kaum wanita. Langkah terjang Maria
Goreti seolah menunjukkan bahwa tak adil jika wanita hanya tunduk pada dominasi
pria dan mereduksi peran wanita pada fungsi domestik semata. Pembatasan peran
wanita hanya sebatas sumur, kasur, dan dapur harus digempur. Wanita pun
mempunyai hak yang sama dengan pria dalam kehidupan sosial maupun politik. Tak
mudah tentunya. Tetapi tidak juga mustahil jika hal itu diperjuangkan dengan
sepenuh jiwa dan raga. Maria Goreti telah membuktikannya. Dan, atas
perjuangannya itu ia dianugerahi penghargaan KARTINI AWARD sebagai “Perempuan Indonesia Terinspiratif dalam
Bidang Politik” pada tahun 2009.
Maria Goreti
lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga penganut Katolik yang taat. Ayahnya
adalah seorang katekis, pengajar agama Katolik. Almahrum Felicianus Tamen, Ayah
Maria Goreti, sangat menekankan nilai-nilai kristiani dalam mendidik keempat
anaknya. Kesederhanaan, kejujuran, kerja keras dan kepedulian terhadap sesama
menjadi nilai-nilai yang hidup dalam keluarga Felicianus Tamen. Meski sebagai
guru pengajar agama berpenghasilan minim, hal itu tak menjadikan alasan bagi
Felicianus Tamen untuk tidak menyemangati dan membesarkan cita-cita
putra-putrinya mencapai jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi. Keterbatasan
ekonomi pun tak menjadi alasan bagi mereka untuk tidak dapat berbagi dengan
sesama. Felicianus Tamen memiliki keahlian dalam pengobatan tradisional Dayak.
Dengan keahliannya itu ia membantu orang-orang yang membutuhkan. Ia
berkeyakinan bahwa jika kita menabur kebaikan maka kita akan memanen kebaikan
pula.
Warna Dayak
dan Katolik akhirnya menjadi sangat menonjol dalam diri Maria Goreti. Peran
keluarga sangat penting dalam pembentukan kepribadiannya. Inti kehidupan sosial
dari seorang kristiani ialah menjadi garam
dan terang dunia. Bagi seorang kristiani hendaknya kehadirannya menjadi
berkat, berdayaguna, bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Semangat berbagi
dan berbelarasa lahir dari ajaran ini, wujud konkret dari dasar kehidupan
kristiani yaitu cinta kasih. Nilai-nilai itulah yang hidup dalam diri seorang
Maria Goreti. Nilai-nilai yang ditanamkan oleh ayahnya dari ajaran Sang Guru,
Yesus Kristus.
Maria Goreti
tak pernah ragu akan nilai-nilai yang dia anut. Warisan ajaran moral dari
leluhurnya suku Dayak dan ajaran cinta kasih dari Yesus Kristus selaras dengan
Pancasila sebagai dasar negara. Kerangka komunitas asal-usul tersebut tak berarti
memenjarakan perjuangan politiknya pada batas-batas primordial saja. Komunitas dari
tempatnya berasal hanya memberikan artikulasi perjuangannya, bahwa komunitasnya
memerlukan saluran aspirasi politik. Maria Goreti membawa identitas
komunitasnya pada konteks keberagaman kehidupan sosial, budaya, dan
religiusitas di negara tercinta ini. Dengan demikian eksistensi komunitasnya
tetap terjaga, dan hak-hak mereka sebagai warga negara tetap dilindungi oleh
penyelenggara negara.
|
Maria Goreti bersama Mgr. Agustinus Agus Pr |
Maria Goreti
menyadari benar fungsinya sebagai senator adalah seorang utusan. Ia diutus oleh
konstituennya untuk menghubungkan mereka dengan pemerintah pusat. Ia mengemban
amanat tersebut. Maka ia berjuang di Senayan bukan memperjuangkan
kepentingannya sendiri. Ia memperjuangkan kepentingan rakyat yang mengutusnya. Tentu
saja perjuangan yang tidak mudah. Perjuangannya adalah perjuangan politik. Dunia
politik yang tak mudah dibaca. Alur yang berliku dan lorong-lorang gelap tak
mudah ditebak kemana ujungnya. Kompleksitas masalah dan kompleksitas
kepentingan membuat persoalan-persoalan menjadi berbelit seperti benang kusut. Mereka
yang kehilangan idealisme akan sangat mudahnya terbelit oleh masalah-masalah
tersebut. Mereka yang kehilangan idealisme akan dengan mudahnya terjerumus
dalam politik transaksional dan pragmatis.
Untuk tetap
menyalakan api idealisme dalam perjalanan karir politiknya, Maria Goreti selalu
menyempatkan diri untuk mengunjungi konstituennya dalam masa-masa reses. Ia datang
ke tempat mereka. Berdialog. Bahkan tinggal dan menginap di sana untuk merasakan
dan melihat langsung persoalan mereka. Betapapun sulit medan yang harus
ditempuhnya. Betapapun tidak nyamannya tinggal dan menginap di tengah
masyarakat yang serba berkekurangan. Tetapi baginya, itu adalah pengalaman yang
sangat berharga dan sangat membahagiakan. Idealismenya kembali berkobar. Perjuangannya
seolah mendapatkan amunisi baru. Dan ia bertekad untuk terus maju, berjuang
untuk rakyat yang mengutusnya. Masyarakat Kalimantan Barat.